top of page

Rangkuman.Bagian 2 / Manusia Indonesia - Mochtar Lubis

Writer's picture: Gabriel Paskalis pumaGabriel Paskalis puma

Rangkuman singkat oleh Gabriel Paskalis Puma


Manusia Indonesia : Cetak ulang ke 3

Mocthar Lubis
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016
ISBN 978-979-461-818-9


Ciri Kesatu – Munafik


Hipokritis, berpura-pura, lain dimuka, lain dibelakang, merupakan ciri manusia Indonesia yang sudah ada sejak lama, sejak mereka dipaksa untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya mereka rasakan atau dipikirkannya atau yang sebenarnya di kehendakinya, karena takut akan mendapatkan ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.


Sistem feodal kita dimasa lampau yang begitu menekan rakyat dan menindas segala insiatif rakyat, adalah salah satu sumber dari hipokrisi yang dasyhat ini, tak terkecuali datangnya agama tidak sepenuhnya membebaskan, karena caranya yang melalui unsur paksaan juga


Akibat dari kemunafikan manusia Indonesia, yang berakar jauh ke masa kita sebelum dijajah,mengenal sikap ABS (Asal Bapak Senang), berasal dari tuan feodal Indonesia yang merajalela di Negeri ini, menindas rakyat, sehingga untuk melindungi dirinya masyarakat Indonesia dipaksa unruk mengunakan topeng keluar, para penguasa selalu dihadapinya dengan patuh. Sifat munafik ini tertanam kedalam diri manusia Indonesia yang lebih berkuasa, menindas, serta memeras, merampas, dan memperkosa kemanusiaan mereka, dan diperparah dengan hadirnya penjajahan dari luar daerah Indonesia.


Untuk “Survive” orang mulai pandai untuk menyembunyikan kata hati yang sebenarnya, perasaan yang sebenarnya, dan malahan keyakinan yang sebenarnya, dan mulai belajar bekata tidak dengan cara-cara lain, sehingga kata-kata tidak tadi diselimuti dan diberi topeng, sehingga tidak dikenali, begitu pula dengan sikap tidak setuju, atau sikap tidak kritis atau mencela, semuanya diselubungi, dirumuskan dengan cara lain.


Sampai pada hari ini, sampai pada saat ini, dan entah berapa lama lagi, sikap ini masih berlaku didalam diri manusia Indonesia, yang berkuasa senang diberlakukan ABS oleh yang diperintahnya, dan yang diperitntah melakukan ABS pada atasannya, contohnya pada saat ketika kita berbicara kepada seseorang yang baru kita menyertakan kata “Bapak” sebenarnya yang dalam unsur demokrasi bukanlah suatu yang setara, karena ada hubungan Bapak dan anak, bukan?”


Ciri Kedua – Enggan Bertanggung jawab


“Bukan Saya” adalah kalimat yang cukup populer di mulut orang Indonesia, Atasan menyalahkan bawahannya, bawahannya juga menyalahkan atasannya “saya hanya melakukan perintah atasan”, akhirnya yang di atas tidak bertanggung jawab, yang dibawah tidak bertanggung jawab, akibat hal ini terjadinya banyak korupsi yang terjadi di negeri ini, tidak akan mencapai penyelesaian masalah jika semua tidak mengintrospeksi diri.


Sebaliknya jika ada suatu pencapaian kesuksesan, maka semua orang akan mengaku-ngaku ambil bagian dalam pelaksanan tersebut.


Ciri Ketiga – Jiwa Feodal


Salah satu tujuan revolusi kemerdekaan Indonesia, ialah untuk membebaskan manusia Indonesia dari feodalisme, tetapi kenyataannya feodalisme-feodalisme baru terlahir dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia


Jiwa feodal ini hidup berkembangnya di kalangan atas atau bawah, di kalangan atas mengharapkan pengabdian dari kalangan bawah, sebaliknya juga, kalangan bawah berrebut untuk mengabdi kepada kalangan atas.


Contohnya adalah ketika kita ingin menghubungi seorang pejabat, maka akan dipertanyakan apakah sudah memiliki janji atau belum?, di budaya kita, dimana kita harus menunggu sehingga tidak turun gengsi si bapak


Sikap feodal dimana dapat kita lihat si yang berkuasa memiliki wahyu, yang diberikan dewata terhadapnya, dan apa yang dikatakan senantiasa benar, dan hal ini masih berlanjut hingga saat ini, raja berganti nama dengan penguasa-penguasa, yang mana mereka tidak suka mendengar kritik, hubungan satu arah dari atas ke bawah, tidak membuka adanya koreksi, bawahan takut untuk menyampaikan pikiran-pikiran baru ang berlainan dari yang disenangi kaum “establishment”, yang mana para penguasa yang ada salah kaprah bahwa ketika mereka di ikuti maka mereka merasa bijaksana, pandai, mahatahu, dan maha benar.


Keadaan ini sangat mempersulit disaat kemajuan zaman, dikarenakan dimana keselamatan satu bansa atau satu masyarakat bergantung pada deras lambatnya suatu informasi yang dapat diterimanya mengenai keadaan dan berkembangnya ekonomi, politik, pengetahuan, teknologi , dan sebagainya didunia ini.


Ciri Keempat – Masih Percaya Takhyul



Hingga sekarang masih banyak Manusia Indonesia yang memahami ada hubungan khusus dengan alam, patung, dan benda yang dikeramatkan, sehingga tidak menerima kemalangan karena sikap tidak hormat pada “mereka”, mereka di puja, diberi sesajen, disiram air kembang, ditutup dengan kain kuning, putih, merah, dengan orang yang memberi doa, dengan berkah, dengan melihat tanda-tanda alam, hari baik atau hari naas, bulan baik atau bulan buruk, dan macam-macam pantangan dan suruhan lainnya dari leluhur mereka.


Yang mengatakan bahwa kepercayaan kita terhadap simbol, jimat, atau mantera sudah menghilang, itu salah besar, karena kebiasaan kita terpatri di kehidupan kita, yang mengagung-agungkan lambang tersebut, contohnya ketika kita adalah seorang akademisi, kita terkadang menunjukan juga lambang keberhasilan kita, dan kebanggaan kita meskipun bukan di ranah yang membutuhkannya,


Kita memegang berbagai macam singkatan dari negara kita, salah satu pendiri bangsa kita adalah orang yang hebat dalam membuat mantera, beberapa darinya bahwa mungkin tidak bertuah atau tidak memberikan hasil, kita hebat dalam menciptakan gebrakan-gebrakan, gerakan-gerakan, namun hanya ada dipermukaan saja, keberlanjutannya tidak terlihat, kita mengejar keberhasilan ekonomi kita dengan mengejar angka-angka GDP atau GNP, namun kita gagal dalam melihat kerusakan yang ada dimasyarakat berindustri maju tersebut.


Ciri kelima - Manusia Artistik


Manusia Indonesia adalah manusia yang artistic, dikarenakan mereka dekat dengan alam, sikapnya yang memasang roh, sukma, jiwa, tuah, dan kekuasaan pada segala benda disekelilingnya. Dia hidup lebih banyak dengan naluri, perasaan, dan perasaan sensualnya, dan semua ini mengembangkan daya artistic yang besar dalam dirinya yang dituangkan dalam segala aspek ciptaannya.


Sejak ratusan tahun yang lalu, hasil kebudayaan kita telah banyak dibawa kemuseum-museum di eropa, merupakan koleksi yang dibanggakan dan digemari, adanya music, tari, cerita rakyat, menunjukan daya imajinasi yang kaya dan subur, daya cipta yang amat besar.


Dari sinilah manusia Indonesia dapat mengembangkan kemampuannya, dan merupakan sumber dan tumpuan yang penting, dan harapan bagi bangsa Indonesia, dengan kemampuan artistiknya, masyarakat Indonesia harus kreatif dalam mengembangkan hidupnya dan mengembangkan daya ciptanya yang besar dalam seni dan berkarya, mengambarkan Indonesia dengan pemandangan alam yang luar biasa juga harus dibarengi dengan karya-karya yang lahir dari keindahan tersebut, sehingga sesuai dengan pembangunan yang berkelanjutan yang berdasar pada perlindungan lingkungan hidup, Indonesia sebagai negara yang masih memiliki kearifan lokal yang melindungi lingkungan hidup, haruslah sebagai leader dalam mengarahkan negara-negara lain untuk menyikapi kehidupan yang ramah lingkungan, dikarenakan secara budaya dan alam, Indonesia mumpuni


Ciri keenam - Watak lemah



Manusia Indonesia adalah Manusia dengan watak yang lemah, dengan karakter yang kurang kuat, dia mudah sekali mengubah pandangannya jika dihadapkan pada keadaan yang mendesak, dan dipaksa, demi untuk “survive” bersedia merubah keyakinannya, tak jarang para intelek juga berperan aktif dalam pembohongan public atas nama politis, menjadikan mudahnya kita dikenakan pada penyalahgunaan kekuasaan, dikarenakan watak lemah, kita mudah untuk menerima realitas yang tidak adil dengan rela, demi bertahan, kegoyahan watak ini juga didasari pada sikap feudal, dan merupakan salah satu hasil dari sikap “Asal Bapak Senang”, untuk menyenangkan atasan dan menyelamatkan diri sendiri. Kehadiran manusia berwatak lemah akan menciptakan manusia yang sulit dipegang kata-katanya, dan sulit dipercaya.


Ciri Lainnya


Yang buruk adalah Tidak hemat, Tidak berkerja keras, Tidak sabar, Cepat iri


Yang baik adalah Rasa humor baik, Berhati lembut, Ikatan keluarga erat, Cepat belajar


Manusia Indonesia pandai memasang topeng, didepan penguasa, didepan teman, didepan orang lain, sehingga mudah untuk diatur oleh orang lain, dan disukai orang lain.


Dibalik hal-hal lain tersebut, banyak hal-hal lain, yang mengambarkan bahwa kita semenjak kedaulatan Indonesia telah menimbulkan berbagai kegiatan yang berlawanan dengan pretense-pertensi nasional kita (Masyarakat Pancasila, Pancasila, menegakkan rule of law, keadilan, kemakmuran, menjamin hak-hak kebebasan dan kemuliaan insan pembangunan, dan lain-lain yang muluk-muluk), kita harus berani mengakui ini.



3 views0 comments

コメント


bottom of page