Rangkuman singkat oleh Gabriel Paskalis Puma
Manusia Indonesia : Cetak ulang ke 3
Mocthar Lubis
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016
ISBN 978-979-461-818-9
Pengantar oleh Jakob Oetama
Buku ini berisi pertanggung jawaban dari Mochtar Lubis pada Pidatonya yang terbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia berjudul Manusia Indonesia, gaya dan sikapnya yang terus terang mengungkapkan sikap-sikap masyarakat indoneisa membangkitkan pemikiran kritis dari manusia Indonesia.
Mochtar Lubis sendiri adalah seorang wartawan senior yang turut mendirikan kantor berita antara dan majalah sastra Horizon. pada perkembangannya, bersama sejumlah intelektual ternama, ia mendirikan Yayasan Obor Indonesia, penerbit buku tempat ia menyemai gagasan-gagasam cemerlang tentang berbagai isu strategis
Selain Manusia Indonesia, Mocthar Lubis menulis banyak buku antara lain: Harimau! Harimau!. Nirbaya, Senja di Jakarta, Catatan Perang Korea, Jalan Tak Ada Ujung, Perempuan Berkelana dalam Rimba, Tiada Ada Esok, Maut dan Cinta, Bromocorah, dan Korupsi Politik
Dapat disimpulkan dari buku ini yang dimaksudkan oleh Mochtar Lubis sebagai Manusia Indonesia, sebagai gambaran atau stereotipe yang melekat pada manusia indonesa.
Ada 6 Sifat yang disebut dan dipaparkan:
Munafik atau Hipokrit, yang diantaranya menampilkan dan menyuburkan sikap ABS, "Asal Bapak Senang"
Enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Bersikap dan berperilaku Feodal
Percaya Takhyul
Artistik, berbakat Seni
Lemah watak atau Karakternya
Stereotipe tidak seluruhnya benar, tidak seluruhnya salah, stereotipe tumbuh dalam benak orang karena pengalaman, observasi, tetapi juga oleh prasangka dan generalisasi. Tapi stereotipe bermanfaat untuk menjadi tolak ukur pemikiran mengapa orang lain menganggap seperti itu, sebagai bahan dan penilaian kritis.
Jakob Oetama, sebagai salah satu wartawan senior juga memberikan pengantar dibuku ini, menarik, ia melihat ada dua gejala dalam pengembangan masyarakat Indonesia yaitu:
di Satu Sisi, Berkembangnya manusia Indonesia baru, yang tidak hanya berpendidikan, juga kritis, dengan berupaya menanggalkan sikap-sikap lama, lebih lugas, berorientasi kuat pada kerja dan prestasi, berani bertanggung jawab.
Di Satu Sisi Lainnya, Para Pemimpin-pemimpin politik dewasa ini, justru dikarikaturkan pandangan, sikap, dan perilaku, yang mengentalkan sifat-sifat negatif manusia Indonesia ini.
Mengapa hal tersebut masih terjadi? Ternyata pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Indonesia merupakan pendidikan yang tidak kritis.
Buku Manusia Indonesia menyajikan bahan dan permulaan kerangka yang berguna untuk membangun kembali manusia Indonesia. Masyarakat sedang porak poranda. Inilah kesempatan untuk membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia kembali
berikut adalah Rangkuman dari Buku Manusia Indonesia..
Manusia Indonesia
Marilah kita merefleksikan siapa manusia Indonesia itu? Sebelum memasuki penjelasan terhadap ciri-ciri tersebut, Apakah mereka adalah seorang satria sejati atau srikandikah?
Di Buku ini manusia Indonesia digambarkan dalam banyak hal:
Diumpamakan layaknya manusia pertama yang tinggal di Taman Firdaus dengan Satu buah Khuldi, Seekor Ular dan tidak mengunakan baju tapi menyangka mereka tinggal di Surga,
Di zaman VOC Belanda, orang Indonesia dianggap amat Khianat, tidak mau berpegang teguh pada perjanjian, suka membunuh, tidak jujur, seperti binatang, amat kejam, anggapan ini mungkin dikarenakan orang Belanda juga tidak henti-hentinya berperang, dan berbuat kekejaman yang sama
Di Zaman Penjajahan, pandangan sebelumnya sudah sedikit berubah, Manusia Indonesia (Inlander) secara umum di pandang sebagai orang yang tidak sanggup mengerjakan pekerjaan otak yang tinggi, dan kehidupannya dianggap setengah-setengah saja, dalam beragama, gairah kerja, kejujuran, rasa kasihan, dan terima kasihnya
Ada pun, pandangan lain yang menganggap manusia Indonesia adalah bersikap hormat, tenang, dapat dipercaya, baik, ramah, dan lembut
Namun adapula yang mengatakan, Manusia Indonesia itu tidak suka memikirkan yang susah-susah, tidak punya pendirian, tidak punya kemauan, tidak bisa mengambil keputusan
Dijelaskan juga Stereotipe-Stereotipe yang digunakan diberbagai daerah, baik yang dapat diunggulkan atau menjadi kelemahan, Jawa yang sopan terhadap penguasa, Batak yang tegas, dll
Ma Huan, Sekretaris dan Jurubahasa Cheng-Ho membagikan macam-macam orang di Jawa, yang pertama, orang islam yang datang dari barerat dan menetap disana, pakaian dan makanan mereka bersih, Kedua adalah orang Cina yang melarikan diri dan menetap, hidup mereka bagus, dan beberapa masuk agama Islam dan menjalankan agama dengan baik, Ketiga adalah Pribumi, yang Jorok, kaki telanjang, dengan makanan yang jorok, bahkan anjing mereka makan, mereka percaya juga pada setan-setan.
Dijelaskan bahwa jika orang Indonesia beragama tidak sepenuhnya diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari , dikarenakan adanya jurang yang besar diantara manusia ideal kita, antara pretensi dan kenyataan, kita masih terikat dengan warisan animisme nenek moyang kita, yang masih kuatnya mitos dan mistik pada kita, ketika tidak ada kerasionalitasan kita mulai mengarang mitos tersebut, bahkan mereka yang sudah mendapatkan pendidikan dan pengetahuan dalam menghitung partikel yang paling kecil, masih juga ikut dalam gerakan-gerakan kepercayaan, tapi apakah manusia ideal yang digambarkan oleh gerakan kebatinan tersebut sudah ada ditengah kita? Yang dapat menguasai nafsu batiniahnya, mencapai keharmonian, dan bekerja sebagai utusan Tuhan, dan rela, ridho, nerima, dan penuh toleransi?
Yang terakhir adalah Manusia Pancasila, yang merupakan manusia Indonesia yang menghayati dan membuat dasar dan pedoman hidupnya berdasarkan kelima sila pancasila, Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan Sosial, Kerakyatan, dan Persatuan Indonesia. Manusia Pancasila adalah manusia ideal yang mencakup segala cita-cita manusia dari segala rupa ajaran, Apakah sudah ada manusia yang seperti ini disekitar kita?
Dijelaskan dari Bagaimana Manusia Indonesia dipandang oleh para pendatang, penjajah, dan bagaimana manusia Indonesia mengharapkan dirinya, kita sampai pada manusia Pancasila, yang di idam-idamkan oleh para pendiri bangsa, yang akan menjadi tiang penopang bangsa kita, tapi apakah sudah ada manusia tersebut diantara kita? Masih jauh sekali kita dari kata ideal ini,
Bagaimanakah tampang manusia Indonesia sekarang? Tidaklah begitu mengecewakan dari luar karena manusia Indonesia termasuk yang bertampang ramah dan baik, dan proposi tubuh yang baik, namun apakah didalamnya juga sebaik luarnya? Ya, ada sifat artistik yang dimiliki oleh manusia Indonesia, dengan bakat artistik yang besar, sehingga perasaannya halus dan dekat dengan alam, meskipun sudah ada hempasan dari budaya luar, kita masih punya dan dapat muncul kembali. Tak terlepas juga jika kita mengantungkan diri kita pada nilai-nilai leluhurnya, sebelum datangnya agama, berbagai jenis kekejaman, perbudakan, seks bebas, tekanan-tekanan dari penguasa, dibalik sejarah panjang tersebut, ditimpali kembali dengan penjajahan dari bangsa luar,
Melalui berbagai lapis pengaruh, hempasan, tindihan, tindasan, inilah berkembangnya manusia Indonesia hingga sekarang, meskipun sudah mencapat Kemerdekaannya, mungkin hanya sedikit saja manusia Indonesia yang berhasil membebaskan belenggu dan tekanan yang sudah terpasang selama berabad-abad lampau.
Silahkan membeli buku ini di Manusia Indonesia (cetak ulang ke 3) | Toko Buku Obor Online
Comments