Filosofi teras adalah panggilan penulis untuk stoicism, yang mana adalah sebuah aliran Mazhab Filsafat Yunani Kuno yang didirikan oleh Zeno dari citium pada awal abad ke-3 SM.
Zeno sendiri merupakan seorang pedagang kaya yang berasal dari siprus yang melakukan perjalanan dari phoenicia ke Peiraeus dengan kapal dagangannya melintasi laut mediterania, Zeno berangkat dengan membawa barang daganganya yang berharga mahal, namun diperjalanan mereka ditimpa kemalangan, kapal yang ditumpangi Zeno karam dan ia pun terdampar di Athena, tak hanya kehilangan barang dagangannya ia pun terkatung-katung di tanah bukan kelahirannya. pada suatu hari ketika ia berjalan-jalan di athena, ia mengunjungi sebuah toko buku dan menemukan sebuah buku filsafat yang menarik hatinya, ia pun menanyakan dimana ia dapat belajar dengan filsuf-filsuf yang menulis buku itu, kebetulan melintaslah Crates, seorang filsuf. kemudian Zeno belajar dengannya, dan filsuf-filsuf lain, ia pun akhirnya mulai mengajar filosofinya sendiri, ia senang mengajar disebuah teras berpilar (dalam bahasa yunani disebut Stoa) yang terletak di sisi utara dari Agora (tempat publik yang digunakan untuk berdagang dan berkumpul) di kota Athena
kisah dari Zeno tadi merupakan awal dari munculnya Filosofi teras, yaitu disaat ia mengalami sebuah "bencana" di kehidupan Zeno , yang kemudian membuat ia mempelajari Filsafat dan akhirnya mendirikan sekolah pemikirannya sendiri, Dikutip Zeno-pun pernah mengatakan ini "perjalanan saya yang paling makmur justru ketika saya mengalami kapal karam", beberapa mengatakan Stoisisme adalah filosofi yang defensif, menekankan pada pembelaan diri pada kemalangan dan penderitaan, namun menurut penulis hal ini salah, dikarenakan Filosofi Teras lebih mendekatkan kita pada kebahagiaan sejati, dibandingkan dengan tulisan-tulisan self-help yang lain menjanjikan hal-hal yang malah terkesan mengada-ada walaupun terdengan mungkin dikarenakan dapat merangkum kehidupan dengan sesederhana mungkin dan gamblang mengatakan bahwa anda akan bahagia jika mendapatkan hal-hal ini. penulis percaya bahwa bahagia itu adalah sebuah efek samping bukan sebuah tujuan.
tidak ada formula tunggal bagi sebuah kebahagiaan, karena bahagia itu sendiri adalah sebuah kondisi mental, pemikiran yang abstrak, definisi bahagia itu pun bermacam-macam bagi setiap orang, rasanya sulit untuk menciptakan formula untuk kebahagiaan semua orang, karenanya kebahagiaan merupakan efek samping dari saat ketika seorang memaknai hidupnya sendiri, dan meraih makna itu.
Stoicisme membantu kita keluar dari saat kita mencari tujuan sebuah kebahagiaan tersebut, dengan tidak memfokuskan pada kebahagiaan, tetapi memfokuskan pada kesalahan pola pikir dan persepsi yang jamak dilakukan pada masyarakat umumnya, stoisime membantu kita menyingkirkan hambatan-hambatan tersebut, sehingga kita bebas mengejar makna dan tujuan hidup yang kita tentukan sendiri.
dengan mendalami dikotomi kendali, kita belajar ikhlas dan tidak meresahkan hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, dan memfokuskan energi kita pada hal-hal yang bisa dikendalikan. belajar mengendalikan interpretasi akan kejadian-kejadian yang ada sehingga kita tidak menjadi reaktif terus dalam berbagai situasi, bagai sekoci tak berdayung dilautan lepas.
kita diingatkan untuk selalu hidup sesuai dengan alam, dengan cara menngunakan nalar dan kebijaksanaan kita dalam semua situasi. kita berhadapan dengan manusia lain dan manusia tidak ada yang sempurna, kitapun tidak sempurna dan tidak berhak dianggap istimewa, kematian bukan suatu hal yang menakutkan namun lebih memotivasi kita untuk memanfaatkan hidup sepenuh-penuhnya
Filosofi sendiri pun berasal dari kata phylos dan sophie, yaitu mencintai kebijaksanaan. bagi para filsuf pun tidak cukup jika memahami dan membahas filsafat saja namun juga harus diterapkan dalam kehidupan nyata, karena itulah stoicisme sering disebut filosofi paling praktis dalam kehidupan yang mementingkan aplikasi dalam dunia nyata, bukan hanya sebuah wacana teoritis/ konsep.
mereka yang memperlajari stoa tidak menyebut mereka soerang stoa karena mereka adalah seorang yang sudah benar-benar sudah sempurna dalam mengunakan rasionalitas, yang berarti salah seorang bijak, mereka yang mempelajari stoa menyebut diri mereka prokopton yaitu berarti sedang berusaha untuk menjadi lebih baik, karena praktik filosofi teras adalah perlahan-pelahan menjadi lebih baik dan bukan sesuatu yang instan
TIGA DISIPLIN
filosfi teras mengenal 3 disiplin yang terus dilatih oleh seorang prokopton, yang bisa menjadi inti sari way of life stoisime
Disipline of Desire, Disiplin keinginan. kita semua harus bisa mengendalikan keinginan, ambisi, dan nafsu kita. dapat dilakukan jika mengerti dikotomi kendali, dan nilai kebajikan yang harus dipraktikan. mengendalikan kehidupan kita seutuhnya untuk berusaha akan apa yang dapat kita laksanakan, dan menerima hal-hal yang diluar kendali kita. Virtue (kebajikan) yang relevan disini adalah keberanian dan menahan diri
Discipline of Action, Disiplin tindakan/perilaku adalah bagaimana kita harus berrelasi dengan orang lain, disini kita harus mengingat bahwa sifat dasar manusia adalah mahluk sosial, dan bagaimana kita harus peduli kepada orang lain, tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, kebangsaan, dan juga untuk membangun orang lain dengan instruct and endure (untuk saling membangun, atau mentoleransi manusia lain), Virtue (kebajikan) yang relevan disini adalah keadilan (justice)
Discipline of Assent/Judgement. Disiplin ini menyangkut kemampuan kita mengendalikan opini, interpretasi, value judgement. jika kita melihat atau mengalami sebuah peristiwa atau perlakuan orang lain, apakah kita cepat terbawa interpretasi yang salah dan terus larut dalam emosi negatif, atau kita mampu memberi pertimbangan yang rasional. virtue yang dibutuhkan disini adalah kebijaksanaan (wisdom)
setiap hari, setiap saat, setiap situasi hidup kita, tidak ada yang tidak bisa menjadi lebih baik dengan melatih tiga disiplin ini, dengan mengendalikan keinginan kita diatas hal-hal yang tidak dibawah kendali kita bisa membantu mengurangi rasa kekhawatiran tidak perlu. Dan energi mental yang dibebaskan bisa dialokasikan ke hal-hal lain yang lebih bermanfaat.
berhubungan dengan orang lain dengan rasa peduli, pengertian, dan berperikemanusiaan universal membantu kita meraih harmoni di masyarakat, dengan bijak menyikapi segala kejadian di hidup kita dan tidak tergesa-gesa membentuk opini/value judgement membantu kita mencegah emosi negatif dan keputusan yang keliru
Metode-metode yang dapat kita praktekkan:
S-T-A-R ( Stop-Think & Assess-Respond), Berhenti-Berpikir-Menilai-Merespon )
Premeditatio Malorum, melatih diri membayangkan hal-hal buruk yang kemungkinan akan terjadi dalam satu hari, sehingga kita lebih dapat siap dalam menghadapinya dengan menyediakan solusi dan bersiap akan terjadinya kejadian
Berpuasa, untuk meningkatkan kesabaran dan penguasaan nafsu
Menjaga fisik tetap Fit
Seneca mengajarkan tiga pertanyaan sebelum kamu menutup mata untuk tidur, (1) hal benar apa yang telah saya lakukan hari ini?, (2) hal salah apa yang telah saya lakukan hari ini?, bagaimana saya bisa menjadi lebih baik?
Terhubung dengan Prokopton lain
Mengunakan Filsafat sebagai obat
menyadari bahwa Stoic tanpa tindakan adalah mati
Biarlah kerendahan Hati seorang "pelajar" terus menjadi bagian dari jati diri kita.
Silahkan jika ingin membeli bukunya klik link dibawah
Terima kasih
Comments