Rangkuman dari Buku Imajinasi Sosiologi : Pembangunan Sosietal oleh Gabriel Paskalis Puma
Kegagalan pembangunan yang bersifat terpusat itu kini telah dikoreksi dengan kebijakan desentralisasi, yaitu melalui otonomi daerah. otonomi memang merupakan prasyarat penting didalam pembangunan yang benar-benar bersifat memberdayakan. Namun, pemberian otonomi daerah sering dianggap sebagai sesuatu yang serta merta akan memecahkan segala masalah pembangunan. pada kenyataannya lahir raja-raja kecil didaerah sehingga otonomi masih jauh dari cita-cita.
Perubahan dari teori pembangunan terpusat menjadi pembangunan yang terdesentralisasi, namun tetap filosofi dasar, asumsi dasar,atau paradigma masih tetap sektoral, yaitu pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan material.
Perubahan paradigma akan banyak mengubah makna dari kebijakan-kebijakan yang diambil, misalnya otonomi yang hakiki adalah otonomi rakyat. hal ini tentunya menuntut suatu kesiapan ranah struktural (kesiapan hukum, kebijakan, pranata sosial, dsb), ranah kultural (kesiapan mental, cara berpikir, pola perilaku, serta budaya masyarakat luas) dan proses sosial (dinamika, interaksi yang kritis, kreatif, dan partisipatif) jadi pembangunan haruslah bersifat sosietal
Pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan dan bersifat deterministik, yang disebut developmentalism, mengandung banyak kelemahan yang telah dianggap ketinggalan zaman.
Pendekatan developmentalism cenderung bersifat makro dan banyak mengandalkan pada generalisasi, sehingga banyak mengunakan grand theories, sementara yang sekarang lebih mengarah kepada diferensiasi, sehingga banyak yang lebih mengunakan middle range theory bahkan sering mengunakan teknologi lokal
Pendekatan lama cenderung mengandung konsep, indikator, dan model-model yang dirancang dibelakang meja, sementara yang sekarang menganggap pembangunan adalah suatu proses social learning yang terus menerus, pembangunan memberikan feedback yang perlu ditanggapi, jadi sifatnya harus reflexive
Pendekatan lama cenderung bersifat sektoral, dengan mengkotak-kotakkan tiap bidang, pendekatan seperti ini masih multidisiplin, pendekatan baru bersifat interdisiplin, trans-sectoral atau cross-sectoral, yakni berusaha untuk menjembatani perbedaan antar faktor dan menemukan titik temu antar bidang ilmu, yang dapat menciptakan cabang ilmu baru
Pendekatan lama menekankan pada perdebatan tentang aktor yang memainkan peran utama, sehingga ada persaingan antar state-led development, market-led development, atau society-led development, pendekatan baru leebih menitik beratkan mengenai sinergi antar kekuatan-kekuatan tersebut. pendekatan baru melihat pembangunan sebagai public action.
Pendekatan lama cenderung mengasumsikan bahwa pembangunan akan menghasilkan masyarakat yang homogen diseluruh dunia, menjadi moderen dan westernisasim sehingga pendekatan ini mengandalkan pada golongan yang kuat. pendekatan baru cenderung bersifat seimbang antar berbagai kelompok atau golongan. pendekatan ini memberikan kemungknan terjadinya politic of difference, yang menciptakan polarisasi didunia.
Perubahan paradigma memang baru dirasakan diranah wacana, tetapi dalam kenyataan belum banyak yang kita saksikan dalam praktik, walaupun ini sekurang-kurangnya bisa menunjukan ke arah baru masa depan.
Paradigma pembangunan baru sering disebut sebagai people centered development. ciri pentingnya adalah menempatkan manusia sebagai pusat dari aktivitas pembangunan dan bukan hanya sebagai objek atau alat.
Tujuan tertinggi dari pembangunan adalah tercapainya human development, apapun yang dihasilkan oleh pembangunan jika tidak menghasilkan human development, maka pembangunan tersebut belum dianggap berhasil dan program-program perlu dikoreksikan.
Human development biasa diukur dengan Human Development index, yang menjelaskan berbagai standar hidup yang layak bagi manusia, namun disamping hidup layak, umur panjang, berpendidikan, diperlukan pilihan dalam kehidupan politik, memperoleh HAM, dan Martabat kemanusiaan (self-respect). oleh sebab itu setiap orang juga harus memiliki kesempatan akan waktu luang.
Konsep sentral dari People Centered Development adalah Development of the People (pembangunan hakikat dan martabat, seperti pendidikan, kesehatan, agama, dan sebagainya), Development for the People (Kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan terutama lapangan kerja), Development by the People (Kesempatan untuk ikut dalam menenttukan tujuan dan kebijakan terutama dalam bentuk hak politik).
Unsur esensial dari paradigma pembangunan berbasis manusia adalah peningkatan produktifitas, dan berpartisipasi penuh dalam proses kerja dengan menekankan pada:
Kesetaraan
Keberlanjutan
Pemberdayaan
Pembangunan yang berpusat pada manusia bukan hanya political will dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, melainkan dilatarbelakangi oleh gerakan sosial yang cukup berkembang, merupakan sebuah keharusan untuk mengembangkan nilai-nilai yang dilandasi oleh cinta, kasih sayang, rasa tanggung jawab yang mendalam pada kemanusiaan dan alam dengan dirincikan sebagai berikut:
Kedaulatan ada ditangan rakyat, kebebasn dan demokrasi adalah nilai universa, oleh karena itu pemerintah harus memberikan fasilitas untuk menentukan agenda pembangunannya sendiri.
Rakyat harus diberikan wewenang menguasai sumber dayanya sendiri, memiliki akses informasi, punya sarana legal untuk menuntut pertanggung jawaban, rakyat harus punya kebebasan berkumpul dan berpendapat.
Para "penolong" pembangunan harus berjalan mengikui agenda rakyat, pembangunan baru hendaknya dilakukan oleh masyarakat sehingga proses pembangunan menjadi milik masyarakat.
Pembangunan tidak boleh disubkontrakan. tanggung jawab tidak diserahkan pada pihak lain, harus berkelanjutan, bagaimanapun kondisinya pembangunan harus dimulai dari kemampuan yang ada, jika tidak akan sia-sia jika tidak mengembangkan kemampuan lokal.
Mengubah pendekatan pembangunan berorientasi pada pertumbuhan dengan pembangunan yang berorientasi pada manusia ternyata tidak cukup hanya sekadar perubahan teori, tetapi membutuhkan pembangunan paradigmatik, yaitu konsepsi dasar kita pada dunia.
Ada 3 prinsip dasar yang perlu ditegakkan pada paradigma baru itu:
Menciptakan keadilan dalam bentuk paling konkret adalah dengan memberikan kesempatatn kerja dan kehidupan yang layak pada semua orang
Kelestarian sumber daya alam sehingga kehidupan manusia dapat berlanjut dimasa depan.
Memberi kesempatan setiap anggota masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan sesuatu yang amat hakiki untuk diperjuangkan karena pembangunan berorientasi pertumbuhan masih menganggap, pembangunan adalah persembahan pemerintah pada rakyat, artinya pemerintah yang melakukan segala aktivitas pembangunan, pembangunan adalah pinjaman dari negara asing, prinsip ini harus diubah sebagai "pembangunan adalah gerakan masyarakat"
PBB kemudian membentuk Millenium Development Goals dengan rentang waktu sejauh 15 tahun dari 2000-2015, dengan 8 bidang yang ditargetkan adalah seperti dibawah ini:
Mengurangi kemiskinan dan kelaparan
Pendidikan dasar universal
Kesetaraan gender
Mengurangi angka kematian bayi
Meningkatkan kesehatan ibu melahirkan
Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit lain
Memastikan kelestarian lingkungan
Membangun kemitraan global
Laporan pelaksanaan MDS setelah 15 Tahun menunjukan bahwa usaha itu merupakan kesuksesan terbesar dunia dalam mengurangi kemiskinan dalam sejarah.
Terhitung sejak 1990 jumlah penduduk miskin ekstrem berkurang separuhnya
Proporsi orang bergizi rendah di negara-negara berkembang juga tinggal separuhnya
Angka anak-anak yang masuk sekolah dasar meningkat mencapai 91%, dan peningkatan anak perempuan 15% dibanding tahun lalu
Banyak kemajuan dalam perang melawan HIV/AIDS, Malaria, dan TBC
Angka kematian anak dibawah lima tahun berkurang setengahnya, dan ibu melahirkan berkurang 45%
Target mengurangi separuh jumlah orang yang tidak mendapat akses air bersih
Usaha kerja sama yang kompak antar negara, komunitas internasional, civil society, dan swasta memberikan harapan dan kesempatan besar bagi manusia di seluruh dunia.
Namun demikian, tugas belum rampung bagi jutaan manusia di dunia, yaitu menghentikan kelaparan, mencapai kesetaraan gender secara penuh, meningkatkan kualitas layanan kesehatan, dan menyekolahkan setiap anak, sekarang usaha ini harus diarahkan ke jalan yang lebih berkelanjutan. program Sustainable Development Goals memberikan arah 15 tahun mendatang.
Sustainable Development Goals adalah suatu rencana dasar untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat di dunia. rencana ini menanggapi nyaris semua permasalahan yang dimiliki manusia, dan pencapaiannya akan di evaluasi pada 2030, dengan 17 goals sebagai berikut:
Tanpa kemiskinan
Tanpa kelaparan
Kesehatan dan well-being
Pendidikan berkualitas
Kesetaraan gender
Air bersih dan sanitasi
Energi yang terjangkau dan bersih
Pekerjaan yang bermartabat dan pertumbuhan ekonomi
Industri, inovasi,dan infrastruktur
Mengurangi kepincangan (termarjinalkan)
Kota dan komunitas yang berkelanjutan
Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Aksi terhadap perubahaan iklim
Kehidupan bawah air
Kehidupan di darat
Perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat
Kemitraan
Pemikiran-pemikiran yang sudah berkembang didunia sudah sejalan dengan pembangunan sosietal walaupun masih berupa tersektor-sektor, dikarenakan sebenarnya semuanya berkaitan erat, dan belum ada pengukuran secara struktur, kultur, dan proses, yang menunjukan pelaksanaan dilapangan. walaupun begitu sudah menunjukan kemajuan.
Comments