top of page

Konsep Pembangunan Sosial

Writer's picture: Gabriel Paskalis pumaGabriel Paskalis puma

Rangkuman dari Buku Imajinasi Sosiologi : Pembangunan Sosietal oleh Gabriel Paskalis Puma

Makna pembangunan sosial sering kali masih kabur, istilah "sosial" sering dimaknai secara berbeda-beda


Pertama, sosial berarti bukan "individual", jadi fokus pembangunan sosial, seharusnya bukan hanya perubahan individu (perseorangan) maupun kelompok orang-orang tertentu (kelompok elite), melainkan perubahaan seluruh masyarakat secara sistemik. sebab, secara sosiologis suatu masyarakat bukan sekadar jumlah dari individu namun merupakan suatu sistem yang terbentuk secara khas dan teratur, memilki saling ketergantungan fungsional diantara unsur-unsurnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu


Pada pengunaan sehari-hari, pemerintah mendefinisikan sebagai "sektor sosial" sebagai sektor yang inputnya uang, dan output-nya bukan uang, contohnya sektor pendidikan, outputnya kepandaian, sektor kesehatan, outputnya orang sehat, sektor agama outputnya kesalehan, dll


Pembangunan sosial pada hakikatnya adalah peningkatan kualitas kehidupan sosial yang mencakup norma dan nilai dalam pranatat sosial yang menghasilkan pola interaksi, atau lebih dalam lagi pola relasi sosial, baik antar individu maupun kelompok,


jadi pembangunan sosial adalah perbaikan manusia dalam dimensi sosialnya, perubahan yang hanya menguntungkan beberapa pihak hanya akan meningkatkan kesenjangan didalam sistem sosial, sehingga terjadi kemerosotan.


Pembangunan sosial juga sering diartikan sebagai usaha untuk menghilangkan atau mengurangi masalah-masalah sosial yaitu suatu masalah yang menganggu kehidupan orang banyak (kenakalan remaja, pelacuran, kejahatan). konsep ini benar tapi sering kali tidak terlalu mendasar dikarenakan dibalik semua permasalahan itu biasanya ada yang lebih mendasar, yaitu adanya kesenjangan sosial dan ketidakadilan sosial, yang menyebabkan jika tidak disadari pemerintah dan masyarakat seringkali malah menyalahkan pelaku, padahal mereka adalah korban dari kesenjangan sosial.


Pembangunan sosial budaya juga bisa mencakup pembangunan sendi-sendi masyarakat yang paling dasar, seperti memperkuat integrasi nasional. aspek ini sangat mendasar dan mencakup seluruh bangunan sosial (sosietal)


Pembangunan sosietal seperti ini harus dapat menghasilkan:

  1. Resilience (ketahanan budaya terhadap berbagai tantangan dari luar dan dalam)

  2. Sustainability (suatu kemampuan mempertahankan dan mengembangkan kemajuan yang telah diperoleh)

  3. Pemberdayaan (suatu penguatan pada komponen dalam masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri secara mandiri)

Pembangunan sosial sering juga diartikan sekadar untuk mengurangi kemiskinan, sehingga diserahkan pada departemen sosial, seolah-olah kemiskinan adalah suatu penyakit yang membutuhkan suatu lembaga yang bersifat sosial untuk menanganinya, padahal kemiskinan adalah kesalahan dari kebijakan struktural, sehingga kelompok tertentu tidak mendapatkan haknya


Pemberdayaan masyarakat yang sesungguhnya harus bersifat sistemik, tanpa penanggulangan kemiskinan sering tidak menghasilkan pembangunan sosial yang genuine, untuk mengatasi hal ini tidak cukup hanya pembangunan yang bersifat ekonomi saja, tetapi pembangunan yang beraspek kemasyarakatan (pemberian otonomi, perlindungan sosial, pengembangan modal sosial, solidaritas sosial, pemberian hak-hak dasar bagi semua warga negara atau basic right)


Fungsi pembangunan yang masuk dalam pembangunan sosial budaya adalah

  • Merombak budaya atau struktur yang tidak adil

  • Membangkitkan potensi yang tersimpan di masyarakat (human capital, social capital, cultural capital)

  • Merekatkan struktur sosial yang retak (konflik sosial yang disintegratif)

  • Pembangunan sistem perlindungan sosial

  • Pembangunan sosial adalah "pengembangan partisipasi" itu sendiri, bukan hanya sebagai alat, namun sebagai tujuan budaya

  • Pengembangan civil society (LSM, Community Based Organization)

  • Pengembangana local capacity, memfasilitasi kemitraan dengan pemerintah

  • Pembangunan sosial juga menghilangkan social distress (seperti konflik kekerasan, dll)


"Pemisahan" konsep pembangunan sosial dengan pembangunan ekonomi tentu saja bukan dimaksudkan untuk mengadu keduanya atau memisahkan pelaksanaannya. kehidupan ekonomi pada dasarnya adalah berada dalam sosial budaya, yang pada hal ini pembangunan ekonomi lebih didasarkan pada pembangunan sosial yang menjadi induk keilmuannya, yang mana dikarenakan manusia yang hidup dalam masyarakat maka pembangunan ekonomi harus didasarkan pada nilai-nilai dasar yang ada dalam masyarakat tersebut dan mampu memberikan keuntungan yang inklusif bagi semua warga.


Perjuangan pembangunan sosial adalah menjamin semua warganya untuk memperoleh hak-hak paling dasar, bukan hanya sebagai manusia tetapi sebagai warga masyarakat


James Midgley, dalam Social Development, juga mengalami kekaburan dalam mendefinisikan pembangunan sosial dikarenakan perspektif yang diciptakan oleh pembangunan sosial kurang terkenal dan secara teori masih tidak maju, dan masih ada kebingungan dalam penerapannya.


Midgley mendefinisikan pembangunan sosial sebagai "sebuah proses untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat/orang dengan proses yang dinamis dengan pembangunan ekonomi" yang menunjukan bahwa kesejahteraan adalah tujuannya, lalu apakah welfare/kesejahteraan itu? apakah masih bersifat materialistis,


Dari pernyataannya yang berbunyi "social development tergantung pada integrasi dari pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi atau menyatukan berbagai strategi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial" yang mengambarkan Midgley menganut aliran "kompromistik" antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial.


Ada beberapa keberatan terhadap pandangan Midgley, pertama, pembangunan sosial tidak hanya diarahkan pada tujuan welfare (kesejahteraan) semata, sebab kesejahteraan menunjuk pada suatu kondisi manusia yang secara ekonomi ditambah dengan terpenuhinya kebutuhan batiniah dan spiritual mereka, sementara pembangunan sosial juga harus memperhatikan dan mengacu pada kondisi masyarakat.


Jadi yang penting adalah kualitas dari kehidupan sosial budaya, ada perbedaan besar antara negara kesejahteraan dengan masyarakat yang baik terutama bahwa didalam "kesejahteraan" masyarakat atau rakyat sebagai pihak yang menikmatinya, sementara didalam "masyarakat yang baik" yang ditekankan adalah kualitas perilaku manusia untuk diri sendiri secara aktif memperlakukan terhadap manusia lainnya, juga seluruh komponen ekosistemnya. jadi struktur, kultur, dan proses sosial yang ada menjamin hak-hak dasar bagi semua warga negara sekaligus menuntut kewajiban dari semua warganya inilah makna hakiki dari inklusi sosial.


"kesejahteraan" bisa saja merupakan pemberian dari kapitalis maupun rezim berkuasa melalui pembangunan ekonomi agar warga senang, tanpa menyadari adanya ketidakadilan dalam struktur sosial yang tidak adil dan bahkan eksplotitatif dan dari seuatu kesadaran palsu.


Sementara pembangunan sosial adalah dimana masyarakat berpartisipasi dalam melakukan gerakan bersama mengubah struktur yang tidak adil dan eksploitatif, sekaligus mengembangkan kualitas kultur mereka agar bisa meningkatkan harkat dan martabat seluruh warga negara secara emansipatoris dan non-diskriminatif,untuk mengembangkan dialog antar warga, penyampaian aspirasi seluruh warga negara. ini adalah pembangunan kehidupan sosial secara sistemik-sosietal


Definisi dari negara kesejahteraan adalah "sebuah negara dimana kekuatan terorganisasi selalu digunakan melalui politik dan administrasi, dalam usaha untuk memodifikasi pekerjaan dari proses pasar" disini tidak ada disinggung mengenai masyarakat yang memiliki struktur, kultur, dan proses sosial untuk bisa menyejahterakan, dan melindungi hak hak dasar


Yang menjadi titik berat adalah "kesejahteraan" adalah kata yang pasif yaitu pada terpenuhinya kebutuhan, tanpa ada penjelasan dari mana hasilnya, dan tidak menekankan pada peningkatan kualitas kehidupan sosial, berbeda dengan pembangunan sosial yang memiliki tuntutann untuk menghasilkan masyarakat yang baik, yang inklusif melalui kekuatan struktur, kultur, dan proses sosial


Midgley mengelompokkan aliran ideologis dari pembangunan sosial menjadi 3 yaitu:

  • Individualis, pembangunan sosial perlu untuk peningkatan kualitas individual, terutama dalam melakukan interaksi antar individu untuk memberi makna dan menegosiasi makan yang ada sehingga terjadi suatu proses sosial dan perubahan sosial yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat.

  • Communitarian, pembangunan sosial membutuhkan komunitas sebagai suatu unit masyarakat untuk membangun kekuatan sosial dan kultural

  • Statis ideology, pembangunan sosial harus bersifat statis karena peran pemerintah sangat diperlukan terutama dalam bidang struktural, yaitu seperti pembuatan kebijakan, undang-undang, anggaran, dsb

namun menurut penulis pembangunan sosial tidak perlu dilihat dari masing-masing perspektif yang terpisah, tetapi merupakan campuran dari ketiganya.


Pembangunan sosial menerima kritik dari berbagai aliran pemikiran yan berbeda, seperti "pembangunan sosial telah dituduh sebagai utopian, terlalu luas untuk dapat berarti, dan secara teknis melanjutkan atau bahkan memicu totalitarianisme". memang benar yang ingin dicapai oleh pembangunan sosial sangatlah besar karena menyangkut pembenahan elemen-elemen paling dasar dan kehidupan sosial, yakni struktur yang menjamin keadilan dan pola hubungan kekuasaan yang demokratis, elemen kebudayaan seperti nilai etika, moral, kepedulian, kemandirian dan seterusnya termasuk juga proses sosial seperti dinamika interaksi sosial yang aktif-partisipatif, kemampuan bernegosiasi, kreatifitas dan komunikasi yang baik.


Pendekatan pembangunan sosial sangat menganggap penting proses, sehingga justru akan menawarkan fleksibilitas, sifatnya tidak terikat dogma pembangunan yang ada, dan pendekatannya lebih sistemik dan partisipatif


World Summit of Social Development, konsep pembangunan sosial juga telah mendapat perhatian dunia pada 1995 di Copenhagen, yang dihadiri oleh 116 negara yang mengajak seluruh negara yang hadir untuk mengambil langkah untuk mengurangi kemiskinan, memperkuat integrasi sosial, dan mendorong pembangunan ekonomi yang menghasilkan lapangan kerja yang cukup.


Deklarasi tersebut memiliki 8 sasaran besar untuk dilaksanakan oleh negara yang bergabung, sasaran tersebut adalah:

  • Terciptanya ekonomi, politik, dan hukum yang memungkinkan tercapainya pembangunan sosial

  • Pemberantasan kemiskinan

  • Penciptaan lapangan kerja

  • Penghidupan yang berkelanjutan

  • Penguatan integrasi sosial

  • Kesetaraan gender dalam segala bidang

  • - kesempatan pendidikan,fasilitas kesehatan

  • Percepatan pembangunan sosial ekonomi di Afrika

  • Percepatan program Structural Adjustment

deklarasi ini juga menghasilkan MilleniumDevelopment Goals


Dalam pertemuan ini disepakati bahwa Pembangunan Sosial bergerak pada 3 isu besar yaitu:

  • Pertama, pemberantasan kemiskinan, secara sosiologis kemiskinan material merupakan akibat dari masalah yang lebih mendasar yaitu adanya ekslusi sosial (tidak terpenuhi hak dasar warga negara), yang menimbulkan banyak masalah sosial yang tercipta, hal ini hanya dapat di selesaikan dengan pendekatan yang holistik dengan pembangunan sosietal, contohnya dimasa kepemimpinan soeharto, pembangunan ekonomi menjadi pusatnya namun yang terjadi tidak berlangsung lama, dikarenakan tidak terbangunnya kemandirian

  • Kedua, menghasilkan Employment. tidak pelak lagi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh dunia, diperlukan model struktur sosial yang menjamin pola interaksi dan interelasi yang lebh baik dan adil dimasyarakat.

  • Ketiga, integrasi sosial, walaupun konsep ini sangat penting dan mendasar, tetapi kita harus ingat bahwa secara sosiologis, integrasi sosial biasa berdiri diatas 3 pilar:

    1. Integrasi sosial bersifat normatif (yaitu adanya kesepakatan yang murni dari semua golongan)

    2. Integrasi sosial bersifat fungsional (adanya saling ketergantungan atau saling keterkaitan antar satu dengan yang lainnya)

    3. Integrasi sosial bersifat koersif (yaitu, ditentukan oleh suatu kekuatan yang dominan dari suatu golongan tertentu)

Pembangunan sosial dapat mengunakan integrasi sosial jika terkait enggan pembangunan sositetal yaitu mencakup seluruh sektor


Global summit ini memberikan angin segar bagi pembangunan sosial di tengah dominasi pembangunan ekonomi liberal yang makin merajalela. namun menurut penulis, summit ini sebetulnya harus mampu menunjukan secara mendasar apa makna sesungguhnya dari pembangunan sosial dan sanggup memberikan sesuatu perubahan berpikir secara paradigmatik untuk mengubah pola pembangunan yang terlalu liberal dan berorientasi berat pada pertumbuhan dengan suatu pembangunan yang bersifat lebih mengarah pada pembangunan kualitas kehidupan sosial budaya yang hakiki, bebas dari dominasi sektor tertentu, dan lebih mendasar lagi hegemoni kapitalis dunia


Perdebatan sekitar pembangunan sosial, keilmuan ini masih terus diperdebatkan dalam kalangan ahli ilmu sosial dan kesejahteraan sosial belum kesepakatan tentang konsep yang paling tepat untuk dapat mengantikan sistem pembangunan yang cenderung "didominasi" keilmuan yang bersifat kebendaan, banyak yang berpendapat bahwa pembangunan sosial adalah peningkatan kapasitas manusia itu sendiri


Ahli lain berpendapat bahwa kapabilitas dapat dibagi menjadi 3:

  • Kapabilitas manusia

  • Kapabilitas sosial

  • Kapabilitas kultural

Ketiga jenis kapabilitas itu bersifat sosietal, tidak sektoral, dan persoalannya mengunakan kendaraan apa kita membangun pendekatan sosietal itu, salah satu syarat terpenting dari pembangunan sosial adalah membangun kesepakatan dengan para pemikir dan elit penguasa dan sektor lainnya supaya tercipta keseimbangan antar sektor secara konsisten. dengan kata lain pembangunannya bersifat sosietal


Pembangunan sosial artinya bukan pembangunan "individual" melainkan menyangkut perbaikan bagi orang banyak dan dinikmati oleh masyarakat luas serta tidak menghasilkan kesenjangan antar kelompok, dengan mendorong perubahan budaya dan/atau strukur yang tidak adil, membangkitkan potensi yang tersimpan di masyarakat (human capital, social capital, cultural capital), merekatkan struktur sosial yang retak (disintegrasi sosial). pembangunan sosial harus dapat menghasilkan resiliensi, sustainability, dan pemberdayaan, jadi pembangunan sosial tidak hanya sekadar untuk mengurangi kemiskinan, karena ini membutuhkan pemberdayaan masyarakat dalam arti sesungguhnya, yaitu mencakup aspek-aspek kehidupan sosial yang luas.


Akibatnya diposisikannya pembangunan sosial hanya sebagai salah satu sektor saja hanya sebagai salah satu sektor saja ternyata sangat menghambat tercapainya cita-cita pembangunan sosial itu sendiri. oleh karena itu dibutuhkan indikator yang berakar pada elemen dasar secara sosiologis dari kehidupan sosial budaya, yaitu elemen struktural, kultural, dan proses sosial.


Midgley pada dasarnya mendambakan adanya harmoni antara kebijakan pembangunan sosial dengan pembangunan ekonomi. Midgley masih melihat sektor ekonomi sebagai suatu sektor yang diharap kerja sama dengan pembangunan sosial, padahal sebenarnya pembangunan sosial tersebut mencakup pembangunan ekonomi, persoalannya aktivitas bidang ekonomi sering "dibawa keluar" para pemodal atau bahkan elite penguasa dari nilai-nilai yang telah disepakati di masyarakat seperti etika, moral kesetaraan, dan keadilan


Contohnya pembangunan sekarang yang bergantung pada pembangunan ekonomi yang memberikan trickle-down, karena kenyataan tetesan itu tidak berhasil memakmurkan atau memberdayakan masyarakat miskin, bahkan sering justru mengambil alih dan menguras aset mereka, sebagai gantinya, Aspalter ingin menekankan kembali pada kekuatan sosietal dari masyarakat lokal, artinya mereka siap secara struktural, secara kultural, secara prosensual untuk menerima segala kesempatan pembangunan yang ada. jadi, pemerintah harus fokus mengembangkan ini.


Midgley dalam tulisannya "developmental social policy theory and practice" menyatakan bahwa pengertian tentang developmental welfare sebenarnya berakar dari kepercayaan masa lalu tentang proses progress, yaitu keinginan terhadap suatu perubahan menuju social improvement yang berasal dari abab 18 dan 19 ketika para pemikir menulis kemungkinan pemerintah yang bisa membawa masyarakat menuju perubahan sosial yang progrestif melalui intervensi kebijakan.


Terpilihnya Margaret Thacher dan Ronald Reagan yang berasal dari sayap kanan yang neoliberalis melemahkan campur tangan pemerintah terhadap rakyat dalam bidang ekonomi dan kehidupan sosial, yang melemah, dikarenakan ada pendapat bahwa program kesejahteraan yang ada membuat rakyat kehilangan motivasi dan daya juang untuk mencari kerja, akhirnya menurunan produktivitas ekonomi nasional.


Midgley selalu menekankan bahwa social policy harus dilandaskan pada social change, intervension, inclusivity dan harmonisasi dari ekonomi serta kebijakan sosial. kebijakan sosial tidak bersifat statis yang menekankan pada transfer langsung, tetapi berbasis pada konsepsi dinamis tentang perlunya perubahan sosial yang memungkinkan masyarakat menginventasikan kapasitas manusianya untuk meningkatkan standar hidup. hanya dengan itu kemiskinan dan deprivasi bisa dikurangi oleh kombinasi dari pendekatan ekonomi dan sosial.


Oleh karena itu, manusia (human agency) harus jadi tokoh kunci dalam pendekatan ini, Developmental Social Policy percaya bahwa masalah sosial harus diselesaikan dengan cara sengaja dan terencana. secara bersama dengan perencana pembangunan, mulai dari tingkat pusat hingga ke akar rumput. pendekatan dalam community based harus benar-benar menjadi perhatian para perencana pembangunan. dengan itulah wujud dari peningkatan social capability. banyak potensi sosial yang dapat dikembangkan di tingkat komunitas, seperti social capital yang bersifat bonding maupun bridging. pendekatan community-based development itu kenyataannya sangat efektif, tetapi tetap harus mendapat fasilitasi dari pemerintah dengan kebijakan dan program resmi. ini berbeda dengan pendekatan laizessfaire dan social darwinism yang cenderung bersifat liberal.


Aspalter mengajukan tiga elemen dasar dari pembangunan sosietal yang ia sebut sebagai societal human capabilities, yaitu:

  1. Human Capabilities

  2. Social Capabilities

  3. Cultural Capabilities

menurutnya, ketiganya merupakan triple contigency satu elemen tidak bisa berdiri sendiri tanpa elemen lainnya. Aspalter menambahkan, "Human Capabilities comprise both individual and societal element at the same time-the health of an individual person is at the same time part of the health of society".

4 views0 comments

Comments


bottom of page